Terimalah Aku Kembali
Setiap diri pasti pernah melakukan salah atau dosa. Baik
berbuat salah antara manusia dengan manusia atau manusia dengan penciptanya.
sengaja atau tidak sengaja, besar atau kecil, dilihat orang atau tidak dilihat
orang. Bahkan orang sekaliber rosul Alloh pun pernah melakukan dosa. Itulah
kita manusia, karena kita manusia diciptakan selain dilengkapi dengan akal
pikirian, kita juga diberi syahwat atau keinginan atau hawa nafsu. Firman
Alloh:
Innan-nafsa la-ammaarotun bissuuk ~ hawa nafsu niscaya memerintahkan pada kejelekan.
Itulah hawa
nafsu yang cenderung mengajak kita pada kejelekan. Kita tidak mempunyai musuh
yang paling berat dalam hidup kita melainkan diri kita sendiri. Seringkali
kegagalan kita pada sesuatu bukan karena faktor dari luar melainkan karena kita
sendiri yang tidak mampu mengalahkan diri kita. Rasa malas, gengsi, tidak mau
mengikuti peraturan dan banyak lagi sikap-sikap yang lain yang membuat kita
gagal.
Keimanan kita tidak mungkin bisa stabil. Terkadang naik dan
terkadang turun. Karena memang begitulah adanya Alloh menjadikan keimanan dalam
diri kita. Di saat keimanan kita sedang kuat maka dengan idzin Alloh kita mampu
menghalau godaan-godaan syetan. Di kala keimanan kita sedang turun lalu hati
kita dikuasai oleh hawa nafsu dan kita tidak segera menghentakkan hati kita
agar ingat kepada Alloh, agar kembali kepada Alloh maka dengan mudahnya syetan
masuk dan mengarahkan kita pada perbuatan dosa.
Laa chaulaa walaa
quwwata illaa billaah ~ tiada upaya untuk mampu menghindar
dari perbuatan menentang Alloh kecuali dengan nikmat Alloh, kecuali dengan
penjagaan Alloh, dan tiada kekuatan untuk mampu berbuat taat kepada Alloh
kecuali dengan pertolongan Alloh.
Itulah mengapa kita harus banyak berdo’a agar
Alloh selalu menjaga keimanan kita, agar ketika kita lemah, khilaf, Alloh
segera menyadarkan kita dan menguatkan iman kita kembali. Itulah mengapa kita
harus sering berdzikir kepada Alloh dan memohon ampunan atas segala dosa-dosa
kita. Karena jika tidak maka kita akan lebih mudah terbawa godaan syetan.
Sahabatku…, tidakkah kita rindu untuk kembali menempati
rumah kita yang sesungguhnya…?, tidakkah kita ingin kembali hidup di alam kita
yang sebenarnya…?. Dunia ini hanya sementara…, bukanlah tempat kita yang
sesungguhnya. Dunia ini tempat ujian kita, kesempatan terakhir kita untuk
mendapatkan kembali surga kita atau kehilangan untuk selama-lamanya. Yang lebih
menyulitkan adalah kita tidak tahu kapan kesempatan itu berakhir. Karena
sungguh hanya Alloh yang tahu kapan saatnya kita kembali pulang kepadaNya.
Sahabatku…, lukiskanlah surga di hati kita, datangkanlah surga di mata kita,
hadirkanlah surga dalam mimpi-mimpi kita. Janganlah menunda kesempatan terakhir
kita ini. Dengan kembali bersujud kepadaNya, maka surga akan terlukis dalam
hati kita, surga akan datang di depan mata kita dan hadir dalam mimpi-mimpi
kita. Alloh berfirman:
“Yaa ayyuhalladziina aamanuu tuubuu
ilalloohi taubatan nashuuchaa ‘asaa robbukum an-yikaffiro ‘ankum sayyiaatikum
wayud-khilakum jannaatin taj-rii min tahtihal anhaar...”. (Q.S.
Attahrim ayat 8).
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah
kalian kepada Alloh dengan taubat yang baik maka pasti tuhan kalian menghapus
dosa-dosa dari kalian dan memasukkan kalian kedalam surga yang di sekitarnya mengalir
beberapa sungai….”.
Sahabat…, jangan pernah putus asa dari kebaikan, jangan
pernah putus asa dari rohmat Alloh karena telah melakukan dosa. Betapa Alloh
begitu menyayangi hambaNya yang benar-benar ingin kembali kepadaNya. Alloh akan
menerima kita apapun kondisi kita saat kita mendekat dan bersujud kepadaNya. Hadits dari Nabi Muhammad S.A.W menerangkan bahwa:
“Anna
rojulan qotala tis’atan watis’iina nafsan faja’ala yas-alu hal lahu min
taubatin?, fa-ata roohiban fasa-alahu, faqoola laisat laka taubatun,
faqotalar-roohiba tsumma ja’ala yas-alu, tsumma khoroja min qoryatin ilaa
qoryatin fiihaa qoumun shoolihuun, falammaa kaana fii ba’dlith-thoriiq
ad-rokahul maut, fana-a bishod-rihi tsumma maata, fakhtashomat fiihi
malaaikaturrochmati wamalaaikatul ‘adzaabi, fakaana ilaal qoryatish-shoolihati
aq-roba minhaa bisyib-rin, faju’ila min ahlihaa”. (H.R. Muslim fii
kitaabit taubah).
Artinya: “Sesungguhnya seorang laki-laki telah membunuh 99
orang, lalu dia ingin bertaubat. Maka segera dia bergegas akan bertanya kepada
seseorang apakah masih terbuka pintu taubat untuknya?. datanglah dia kepada
seorang ahli ibadah dan menanyakan hal itu kepadanya. Lalu orang ahli ibadah
tersebut berkata : “tidak ada lagi pintu taubat bagimu”. Laki-laki itu merasa
kecewa dengan jawaban tersebut dan dia pun membunuh ahli ibadah itu. Namun
laki-laki itu tidak putus asa. Dia terus berjalan untuk menemukan orang yang
mungkin dapat memberikan petunjuk untuknya agar dapat melaksanakan taubat. Maka
dengan idzin Alloh bertemulah dia dengan orang yang ‘alim. Dan laki-laki itu
menceritakan dengan lengkap sisi kehidupannya yang kelam. Orang ‘alim tersebut
memberikan petunjuk kepada laki-laki itu agar datang ke suatu tempat untuk
dapat melaksanakan taubatnya. Di tempat itu tinggal orang-orang sholih. Maka
laki-laki itu pergi meninggalkan kampung halamannya menuju tempat yang
ditunjukkan oleh orang ‘alim di mana laki-laki itu dapat menunaikan taubatnya.
Namun dalam perjalanan menuju tempat taubat, laki-laki itu mati dengan tubuh
roboh kedepan. Malaikat pembagi rohmat dan malaikat penyiksa bertengkar dalam
hal laki-laki itu. Kedua malaikat merasa berhak atas laki-laki itu. Maka Alloh
mengambil hukum atas laki-laki tersebut. Jika mayatnya lebih dekat ke tempat
taubatnya yang di sana tinggal orang-orang yang sholih, maka laki-laki itu
adalah golongan orang-orang yang sholih. Tapi jika mayatnya lebih dekat ke
kampung halamannya, maka laki-laki itu tetap sebagai pembunuh yang belum
bertaubat. Demi menegakkan hukum Alloh maka kedua malaikat mengukur jarak
antara mayat laki-laki itu dengan kampung halamannya dan dengan tempat taubat
yang ditujunya. Ternyata mayat laki-laki itu satu jengkal lebih dekat ke tempat
taubat. Maka Alloh menghukumi laki-laki itu sebagai golongan orang-orang yang
sholih”.
Sahabatku….,betapa Alloh begitu sayang kepada orang-orang
yang melaksanakan taubat. Jangan biarkan syetan terus-terusan bersemayam dalam
hati kita. Mengendalikan kita dengan segala upadayanya. Semakin kita biarkan
maka syetan akan semakin kuat mencengkeram hati kita. Ingatlah sabda Nabi:
“Innal mukmina idzaa adznaba kaanat nuktatun saudaa-u fii qolbihi, fa-in taaba
wanaza’a wastaghfaro shuqila qolbuhu, fa-in zaada zaadat, fadzaalikar “ROONU”
alladzi dzakarohulloohu fii kitaabihi (kallaa bal ROONA ‘ala qulubihim maakaanuu
yaksibuun)”. (H.R. Ibnu maajah fii kitaabiz zuhud).
Artinya: “Sesungguhnya ketika orang iman berbuat dosa maka
hatinya di titik hitam oleh Alloh, jika dia taubat dan tidak mengulangi serta
membaca istighfar maka hatinya akan dibersihkan oleh Alloh, tapi jika dia
melakukan dosa itu lagi maka titik itu akan terus bertambah, demikian itu
seperti yang Alloh sebutkan dalam kitabnya dengan lafal “ARROON”.
Janganlah penyesalan terus mengurung kita dengan
jaring-jaring kesedihan yang tiada habisnya. Selama kita masih diberi
kesempatan hidup maka percayalah, Alloh sedang menunggu kita untuk kembali
kepadaNya. Jika kita takut akan dosa-dosa kita, itu artinya ada keimanan dalam
hati kita. Cobalah hayati hadits Nabi ini :
“Innal mukmina yaroo
dzunuubahu ka-annahu qoo’idun tachta jabalin yakhoofu an-yaqo’a ‘alaihi,
wainnal faajiro yaroo dzunuubahu kadzubaabin marro ‘alaa anfihi faqoola bihi
hakadzaa”. (H.R. Bukhori fii kitaabid da’awaat).
Artinya: “Sesungguhnya orang iman melihat dosa-dosanya
seakan-akan dia duduk di bawah gunung dengan perasaan yang kuatir jika gunung
itu jatuh menimpanya, dan sesungguhnya orang yang durhaka melihat
dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya lalu dia mengusir lalat
itu dengan tangannya”.
Jika dalam hati kita ada rasa takut akan akibat dari
dosa-dosa kita, itu artinya kita masih mempunyai benih-benih keimanan.
Sebaliknya jika kita menganggap dosa hanyalah sesuatu yang kecil dan tidak ada
rasa kuatir akan akibatnya, itu artinya hati kita sudah RUSAK. Jangan merasa
hina jika kita berani melakukan taubat. Malu memang…, tapi ingatlah bagi Alloh
taubat adalah perbuatan yang sangat mulia. Apalagi taubat yang dilakukan oleh
hamba-hamba Alloh yang masih berusia muda. Jika orang yang sudah tua melakukan
taubat itu sudah sepantasnya. Karena logikanya mereka sudah semakin mendekati
ajalnya. Walaupun sesungguhnya tiada yang tahu kapan datangnya ajal itu. Tapi
pemuda yang melakukan taubat adalah luar biasa. Di mana umumnya mereka masih
sangat terlena dengan kesenangan, keglamoran dan hiruk-pikuk dunia. Umumnya
mereka jarang sekali yang mengingat kematian, tapi ternyata ada yang mempunyai
niat melakukan taubat atas dosa-dosanya, sungguh makhluk Alloh yang luar biasa.
Perhatikan hadits berikut ini:
“Walladzi nafsi biyadihi laulam tudznibuu ladzahaballoohu
bikum walaja- a biqoumin yudznibuuna fayastaghfiruunallaahu fayaghfiru lahum”. (H.R. Muslim fii kitaabittaubah).
~ Demi Alloh seandainya kalian
hidup di muka bumi ini tidak ada yang melakukan dosa maka Alloh akan
memusnahkan kalian dan Alloh akan mendatangkan kaum yang lain selain kalian
yang mereka melakukan dosa lalu mereka memohon ampun kepada Alloh lalu Alloh
mengampuni mereka.
Sahabatku…, penyesalan atas kesalahan dan dosa yang telah
kita lakukan memang harus. Tapi penyesalan yang tiada berujung yang kemudian
melahirkan keputus-asaan adalah kebodohan yang bercabang-cabang. Apalagi sampai
menganggap bahwa hidup kita tiada berarti lagi, sungguh ini adalah
bisikan-bisikan syetan yang tiada henti menjerumuskan kita ke dalam jurang
kehinaan. Ketika syetan telah berhasil menyimpangkan hati kita lalu kita
berbuat dosa, artinya kita telah kalah oleh syetan. Dengan menunaikan taubat
berarti kita berusaha untuk bangkit melawan BIADAB syetan dan mulai
mengumpulkan kembali kebaikan-kebaikan yang telah dihancurkan syetan. Namun
jika kita terus menerus dalam penyesalan, merasa tidak berguna lagi untuk
hidup, lebih parahnya lagi sampai bunuh diri, itu artinya kita sudah kalah oleh
syetan, kemudian diinjak-injak, diludahi, dihina oleh syetan. MAU…?
Sahabat….,
sebesar apapun kesalahan kita, BANGKITLAH….!
“Lau akhthoktum chatta tab-lugho
khothooyaakumus-samaak, tsumma tubtum lataaba ‘alaikum”. (H.R. Ibnu Maajah fii kitaabiz zuhud)
~ Seandainya kalian melakukan
kesalahan hingga dosanya menumpuk setinggi langit lalu kalian bertaubat maka
niscaya Alloh menerima taubat kalian.
Buktikan bahwa kita sangat menghargai diri kita. Sebesar
apa kita menghargai diri kita adalah seberani apa kita mengakui kesalahan kita.
“Attaaibu minadz-dzambi kamal laa dzamba lahu”. (H.R. Ibnu maajah fii kitaabiz zuhud)
~ orang yang bertaubat dari
dosanya adalah sebagaimana orang yang yang tidak punya dosa.
Selagi kita masih bernafas maka ada kesempatan untuk
bertaubat, Jangan tunda lagi. Bersyukurlah dan banggalah jika hati kita
terpanggil untuk bertaubat. Artinya kita masih mencintai Alloh. Beruntung jika
yang mengingatkan kita untuk bertaubat adalah teman atau keluarga kita atau
siapapun mereka. Karena jika Alloh langsung yang mengingatkan maka rasanya akan
sangat pahit. Maka segeralah sebelum Alloh langsung mengingatkan kita dengan
caranya yang sungguh di luar dugaan kita.
Innallooha yaqbalu taubatal ‘abdi maalam yughorgir. (H.R. Tirmidzi fii kitaabid da’awaat)
~ Sesungguhnya Alloh akan
menerima taubat seorang hamba selagi hamba belum sekarat.
Betapa gembiranya Alloh ketika melihat hambaNya mau
bertaubat. Bahkan lebih dari kegembiraan kita karena kita menemukan kembali
harta kita yang hilang. Nabi bersabda:
Lalloohu asyaddu farochan
bitaubati ‘abdihi chiina yatuubu ilaihi min achadikum kaana ‘alaa roochilatihi
biardli falaatin fanfalatat minhu wa’alaihaa tho’aamuhu wasyaroobuhu, fa-aisa
minhaa fa-ataa syajarotan fadl-thoja’a fii dlillihaa qod ayisa mirroohilatihi
fabainaa huwa kadzaalika idzaa huwa bihaa qooimatan ‘indahu fa akhodza bikhithoomihaa
tsumma qoola min syiddatil farochi, “Alloohumma anta ‘abdi wa anaa robbuka”
akhthoa min syiddatil farocha”. (H.R. Muslim fii kitaabit taubah).
Artinya: “Niscaya senangnya Alloh terhadap hambaNya yang
bertaubat melebihi senangnya salah satu kalian ketika berkendara
(onta/kuda/keledai) di padang pasir kemudian kendaraan itu lepas, padahal
kendaraan itu membawa semua perbekalan yang diperlukan dalam perjalanan. Lalu
kalian putus asa dari kendaraan itu. dan kalian menuju sebuah pohon untuk
beristirahat di sana. Akhirnya kalian tertidur di bawah naungan pohon itu
dengan rasa putus asa atas hilangnya kendaraan itu. Tiba-tiba kalian terbangun
dan melihat kendaraan itu ada di sisi kalian. Bergegas kalian memegang kendali
kendaraan itu seraya berkata: “Ya Alloh…! Engkau adalah hambaku dan aku adalah
tuhanmu” karena sangatnya gembira hingga mengucapkan kalimat yang salah tidak
terasa.
GembiraNya Alloh atas hambaNya yang bertaubat LEEBIHHH dari
itu. Sahabatku…, siapapun orangnya yang menyampaikan kebenaran kepada kita, dia
tidak mampu sedikitpun merubah kita, merubah cara pandang kita, merubah
keputusan kita, merubah karakter kita, tidak bisa!. Sepenuhnya yang mampu
merubah kita adalah diri kita sendiri atas idzin Alloh. Alloh telah menurunkan
petunjukNya dalam Alqur an.
Alloh juga telah memberikan kesempatan
seluas-luasnya sampai hari kiamat kepada syetan, iblis untuk menggoda manusia
agar bersama-sama menjadi temannya di neraka nanti. KEBENARAN DAN KEBATHILAN
SUDAH JELAS, Pilihan ada pada kita. Jalan manapun yang kita pilih masing-masing
ada konsekwensinya. Namun yang paling penting adalah akhir dari semuanya.
Adakah kita ingin kembali dalam kehidupan kita yang sejati di mana setiap detik
dan setiap mili dari kehidupan kita penuh dengan kebahagiaan bersama dengan
orang-orang yang kita cintai.
Semoga dengan idzin Alloh kita mampu menggerakkan
diri kita dengan segala kemampuan kita untuk keluar dari cangkang kemaksiatan
yang membungkus kita tanpa celah sedikitpun. Akhirnya Alloh menerangi hati kita
dengan cahaya suciNya yang menjadikan kita bisa merasakan manisnya keimanan.
Ya Alloh…!, Ya Alloh……..!, Ya robbi…!, terimalah aku
kembali dan tunjukkan dimana surgaku…….?!.
Terima kasih telah membaca halaman ini. Semoga Allah senantiasa memberikan keamanan, keselamatan, kelancaran, keberhasilan dan kebarokahan, aamiin.
No comments:
Post a Comment